Nikah Kantor

Nikah Kantor
Suasana Pernikahan

Senin, 21 Desember 2015

Memimpin Dengan Nafsu, Akal, atau Hati

oleh : Imam Suprayogo 22 desember 2015
Memimpin itu adalah bekerja dengan orang lain untuk meraih sesuatu tujuan bersama. Bekerja dengan orang lain mengharuskan setiap pemimpin memiliki kemampuan mempengaruhi masing-masing orang agar mau menunaikan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Manakala semua orang mau bekerja maksimal, maka tugas pemimpin sebenarnya telah selesai.

Namun pada kenyataannya, menggerakkan orang tidak selalu mudah, sehingga tidak sedikit pemimpin mengalami kesulitan. Sebaliknya, juga sering terdengar para bawahan mengeluhkan perilaku pemimpinnya sendiri. Para bawahan merasa tidak mudah menyesuaikan diri dengan perilaku atasannya. Dalam keadaan seperti ini, iklim organisasi menjadi tidak menyenangkan, baik pemimpinnya maupun bawahan yang dipimpin.

Jika dipelajari, para pemimpin di dalam menggerakkan bawahannya menggunakan nafsu, akal, atau hati nuraninya. Ketiga hal tersebut dijadikan piranti untuk menggerakkan orang lain. Akan tetapi dari ketiga piranti yang dimaksudkan itu masing-masing orang berbeda kecenderungannya. Ada seorang pemimpin yang tampak lebih mengedepankan emosonya, atau akalnya, dan juga hati nuraninya.

Seorang pemimpin yang ketika menghadapi problem cepat marah, maka jelas bahwa yang bersangkutan lebih mengedepankan emosi. Pemimpin seperti itu menjadikan anak buahnya bekerja oleh karena terpaksa atau karena takut. Mereka bekerja bukan oleh karena menyenangi pekerjaannya, melainkan oleh karena takut terkena marah. Suasana kerja seperti ini menjadikan orang bekerja karena terpaksa, serba kawatir, dan biasanya sulit diharapkan menghasilkan sesuatu yang berkualitas.

Berbeda dengan pemimpin yang selalu mengedepankan emosi adalah mereka yang mengutamakan akalnya. Pemimpin yang mengedepankan akal biasanya lebih rasional dan juga kalkulatif. Hubungannya dengan para bawahannya diukur dengan standar tertentu. Apa saja diukur secara matematik atau untung rugi. Beban kerja dihitung dan disesuaikan dengan upah yang dibayarkannyha. Tatkala terdapat orang yang tidak produktif, maka tidak perlu ditegur dan apalagi dimarahi, tetapi cukup dipindahkan pada bagian lain atau dikeluarkan.

Hubungan yang bersifat manusiawi dengan para anak buahnya bagi pemimpin rasional tidak bisa dirasakan. Manusia diperlakukan bagaikan mesin. Sebagai sebuah mesin, maka setiap orang dIanggap bisa diukur atau dikalkulasi produk atau hasil kerjanya. Pemimpin seperti ini tidak terlalu melihat manusia sebagai makhluk yang unik dan berdimensi luas. Manusia diperlakukan bagaikan barang dan bisa diatur sebagaimana yang dimaui oleh pemimpinnya.

Pemimpin rasional menggerakkan anak buahnya dengan peraturan atau jumlah imbalan yang diberikan. Mereka mengira bahwa dengan peraturan dan atau uang, semua orang bisa digerakkan. Pemimpjn seperfti itu tidak membayangkan bahwa manusia memiliki dimensi psikologis yang juga menuntut dipuaskan. Pemimpin yang lebih mengedepankan rasio itu biasanya menggunakan pendekatan formal dan kalkulatif sebagaimana disebutkan di muka.

Terakhir adalah pemimpin yang mengedepankan hati nurani. Pemimpin seperti ini lebih melihat manusia sebagai makhluk yang berdimensi luas dan harus didengarkan suaranya. Pemimpin yang lebih mengedepankan hatinya, maka biasanya menjadikan siapa saja yang dipimpin bekerja secara ikhlas, menyenangkan, dan mengikuti suara nuraninya masing-masing. Hubungan antara pekerja dan pemimpinnya bagaikan antara ayah dan anak. Di antara mereka saling mengormati, menyayangi, menghargai, dan saling menjaga.

Jika diilustrasikan di antara ketiga jenis pemimpin dimaksud adalah bahwa pemimpin yang mengedepankan emosinya biasanya cepat marah dan oleh karena itu tangan dan telunjuknya dijadikan alat untuk menggerakkan orang. Sementara itu pemimpin yang mengepankan akalnya, seringkali tampak bahwa tangannya digunakan untuk memegang dahi dan atau kepalanya. Sedangkan pemimpin dengan menggunakan hati, tangannya lebih sering digunakan untuk memegang dadanya. Mereka berusaha bersikap lembut oleh karena berpandangan, justru dengan kelembutan itu orang menjadi bersemangat bekerja. Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com