Nikah Kantor

Nikah Kantor
Suasana Pernikahan

Selasa, 01 Desember 2015

DAMAI DALAM SUASANA BEREBUT

Damai Dalam Suasana Berebut
Imam Suprayogo•2 Desember 2015
Berebut biasanya tidak damai, Jika damai biasanya tidak berebut. Berebut tetapi damai itu mustahil. Orang memperebutkan sesuatu pasti ingin menang. Dalam berebut tidak ada pihak yang ingin kalah. Orang yang ingin kalah maka tidak akan ikut berebut. Hal demikian itu terasa sudah menjadi rumus.
Bangsa ini ingin hidupnya damai, makmur, dan sejahtera. Akan tetapi jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan itu dikembangkan suasana perebutan. Apa saja diperebutkan. Padahal, setiap perebutan, selalu ada resiko, yakni ada pihak yang menjadi sakit hati. Permainan untuk mengalahkan lawan berupa taktik, strategi, dan semuanya dimainkan. Bagi yang menang pasti gembira, sebaliknya yang kalah akan sakit luar biasa.
Sebagai contoh yang lagi aktual sekarang ini adalah perebutan jabatan. Pilkada, yakni pemilihan bupati dan atau wali kota adalah merupakan bagian dari perebutan kekuasaan itu Logika bahwa siapa yang kuat, maka akan menjadi pemenangnya pasti juga berlaku pada pemilihan jabatan itu. Seseorang oleh karena sudah merasa tidak memiliki kekuatan yang cukup, sekalipun sebenarnya berkeinginan, maka lebih memilih tidak ikut berebut.
Berdemokrasi hingga kini dianggap sebagai cara terbaik untuk memilih pemimpin. Andaikan para pemilih bisa bertindak obyektif dalam menentukan pilihannya, maka hasilnya akan sangat ideal. Pemimpim akan lahir dari pilihan rakyat. Namun sayangnya, pemilihan itu tidak selalu dilakukan secara obyektif. Tidak sedikit kasus bahwa, siapa yang mampu membayar, sekalipun tidak dikenal, akan dipilih. Akibatnya, siapa saja yang punya uang, merekalah pemenangnya.
Demokrasi adalah pilihanan pemimpin oleh rakyat. Namun pilihan itu kadangkala dijatuhkan kepada siapa saja yang sanggup memberi sesuatu kepada pemilihnya. Atas dasar kenyataan itu, maka bukan kecakapan, kepintaran, pengalaman, pemilik program bagus, integritas terhadap rakyat yang dipilih, melainkan kepada mereka yang sanggup memberi imbalan itu. Itulah problem berat yang harus dihadapi ketika berdemokrasi belum terlalu matang seperti sekarang ini.
Dalam perebutan kekuasaan itu, siapa yang menang akan memanfaatkan dan mempertahankan kemenangannya. Sebaliknya, mereka yang kalah akan mencari peluang untuk merebut pada kesempatan lain. Maka yang terjadi adalah perebutan, saling mencari kelemahan, dan bahkan menjatuhkan. Itulah sebabnya, kedamaian sangat sulit diharapkan terwujud. Yang terjadi justru sebaliknya, yaitu bermusuhan.
Maka jangan terlalu heran, jika kehidupan ini sehari-hari diwarnai oleh suasana saling menjatuihkan, tuduh menuduh, menghasut, konflik, memfitnah dan sejenisnya. Maka, jIka direnungkan secara mendalam, suasana yang terjadi hampir tidak ada bedanya dengan kehidupan makhluk lain yang tidak berakal. Siapa yang kuat, merekalah yang menang. Tentu bagi orang yang hidupnya menghendaki suasana damai, sejuk, tenang, dan kekeluargaan, maka suasana perebutan dimaksudkan dianggap tidak menarik dan tidak menyenangkan.
Selain itu, suasana berebut yang berlebihan juga akan membahayakan. Orang kalah dan apalagi segala-galanya menjadi habis maka suatu saat akan balas dendam dengan berbagai caranya. Akhirnya, lahir permusuhan yang tidak pernah berhenti. Kehidupan bukan diwarnai oleh kedamaian tetapi sebaliknya, yaitu saling hasut menghasut, marah, balas dendam, dan seterusnya. Damai dalam perebutan, senyatanya memang tidak ada. Wallahu a’lam

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com